Minggu, 08 Desember 2013

Bersiaplah dengan Kejutan Saham Konstruksi!

Secara historis, saham-saham di sektor konstruksi selalu memberikan kejutan di penghujung tahun seiring lonjakan harga sahamnya. Bagaimana dengan akhir 2013?
Investor independen Asep Muhammad Saepul Islam mengatakan, di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global, beberapa sektor saham diprediksi masih memberikan return investasi yang cukup positif pada 2014. “Sektor-sektor tersebut antara lain konsumsi, properti dan konstruksi,” 
Bahkan, lanjut dia, untuk periode akhir tahun seperti sekarang, saham-saham konstruksi biasanya memberikan surprise bagi para pemegang sahamnya. “Jika kita mencermati sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, banyak sekali proyek yang sedang dibangun, misalnya saja pembangunan apartemen, renovasi gedung, pembuatan jalan baru dan lain-lain,” ujarnya.
Proyek tersebut, kata dia, tentu membutuhkan kontraktor sebagai pelaksana operasionalnya. “Apabila dicermati lebih seksama, ternyata kontraktor-kontraktor yang sudah sangat kita kenal namanya merupakan perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di bursa,” papar dia.
Untuk itu, investor yang biasa dipanggil Kang Amsi (singkatan dari Asep Muhammad Saepul Islam) memaparkan, saham-saham dari emiten yang bergerak di bidang konstruksi ini. “Kinerja emiten konstruksi biasanya melonjak di penghujung tahun. Hal ini diharapkan juga terjadi pada tahun 2013 ini,” tandas dia.
Terdapat sembilan emiten yang tergabung dalam subsektor ini, yaitu Acset Indonusa (ACST), Adhi Karya (Persero) (ADHI), Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK), Nusa Raya Cipta (NRCA), PT. Pembangunan Perumahan (Persero) (PTPP), Surya Semesta Internusa (SSIA), Total Bangun Persada (TOTL), Wijaya Karya (Persero) (WIKA), dan Waskita Karya (Persero) (WSKT).
Menurut Amsi, dari kesembilan emiten ini, kapitalisasinya masih didominasi oleh emiten pelat merah alias saham-saham BUMN. “Hal ini tentu saja memberikan nilai rasa aman yang lebih bagi para investor,” tuturnya.
Porsi pemerintah dalam kepemilikan emiten konstruksi memang lebih dari setengahnya, masing-masing di WSKT (68%), WIKA (65%), ADHI (51 %) dan PTPP (51 %). “Total kapitalisasi saham-saham sektor konstruksi per Oktober 2013 adalah sekitar Rp38,13 triliun,” ungkap dia.
Sementara urutan kapitalisasi dari yang terbesar sampai terkecil adalah: WIKA (Rp10,4 triliun), PTPP (Rp5,5 triliun), WSKT (Rp4,4 triliun), SSIA (Rp3,1 triliun), ADHI (Rp3,0 triliun), TOTL (Rp2,1 triliun), NRCA (Rp1,9 triliun), ACST (Rp1,1 triliun) dan terakhir DGIK (Rp864 miliar).
Menurut dia, dari kesembilan saham tersebut, enam saham layak dicermati berdasarkan kinerja emiten pada kuartal ketiga tahun 2013 ini yaitu ADHI, PTPP, SSIA, TOTL, WIKA, dan WSKT. “Empat di antaranya adalah emiten BUMN (ADHI, PTPP, WIKA dan WSKT),” papar dia.
Yang menarik, kata dia, keenam emiten ini berhasil mencatat kenaikan penjualan pada kuartal ketiga tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan penjualan yang atraktif ditunjukkan oleh PTPP (84,03%) dan ADHI (58,62%).
“Kenaikan penjualan ini sekaligus mendongkrak laba bersih saham-saham konstruksi ini, kecuali SSIA yang membukukan penurunan laba bersih dari periode tahun kemarin sekitar -7,40%,” tegas dia. Lihat tabel berikut ini:
Lalu, jika melihat rasio keuangan masing-masing emiten yang telah disetahunkan, terdapat beberapa saham yang masih tergolong ‘murah’. Dari statistik bulanan yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) Oktober lalu, rata-rata Price to Earnings Ratio (PER) untuk sektor konstruksi adalah 18,71 kali.
Saham-saham yang PER-nya masih di bawah PER subsektor konstruksi adalah SSIA (4,7 kali), TOTL (10,5 kali) dan ADHI (12,5 kali). “Dari rasio-rasio keuangan yang dijadikan acuan untuk pemilihan saham konstruksi meliputi PER, PBV, ROE dan DER, saham SSIA muncul sebagai jawaranya,” timpal Amsi.
“Sedangkan dari emiten-emiten BUMN, nampaknya ADHI memiliki catatan kinerja yang paling atraktif dibandingkan ‘saudara-saudara’-nya,” tuturnya.
Dengan menggunakan teknik valuasi sederhana, diperoleh nilai harga wajar untuk masing-masing emiten konstruksi sebagai berikut: ADHI sebesar Rp 4.066, WIKA Rp2.590, WSKT Rp502, PTPP Rp1.854, TOTL Rp 1.801, dan SSIA Rp4.199.
Valuasi tersebut, menurut Amsi, sudah memperhitungkan BI rate yang berada di level 7,50% dan asumsi rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi pada angka 20% per tahun. Dari valuasi masing-masing emiten, hampir semuanya dapat dikatakan masih di bawah harga fair-nya.
Dia menegaskan, jika dihitung dari harga penutupan awal Desember ini, saham yang paling tinggi margin of safety-nya berturut-turut adalah SSIA (84,3 %), TOTL (65,6 %), ADHI (58,9 %), PTPP (38,5 %), WIKA (34,7%), dan WSKT (8,4%).
Sementara itu, dari sisi teknikal, harga terakhir masing-masing saham telah jatuh dari harga tertingginya dalam setahun terakhir. TOTL, SSIA, ADHI dan WSKT adalah saham-saham yang sudah sangat dalam penurunannya, masing-masing sekitar -63,5 %, -60,2%, -58,7% dan -57,4%. “WIKA dan PTPP juga telah anjlok lebih dari 30%,” 
Bahkan, kata dia, ada beberapa saham yang sudah mendekati harga terendah dalam setahun terakhir. “WSKT, ADHI dan TOTL merupakan di antara saham yang sedang berada di area harga terendah dalam rentang waktu setahun terakhir ini,”
Di atas semua itu, lanjut dia, dengan mempertimbangkan kinerja emiten yang biasanya atraktif di akhir tahun, mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk mulai memilih dan mengoleksi saham-saham sektor konstruksi ini.
“Seperti tahun 2012, keenam emiten di atas mencatatkan pertumbuhan laba yang fantastis dibandingkan kinerja kuartal ketiganya, bahkan ada yang lebih dari 100%. Terlebih lagi dari sisi teknikal, saham-saham konstruksi ini sudah berada di kisaran support dan bahkan sebagian di antaranya sudah masuk di area harga terendah di tahun ini,

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons